“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-Araf [7]: 96)
Bila kita melihat keadaan negara kita, terlihat sangat carut marut keadaan ekonomi maupun kehidupan masyarakat. Semenjak krisis ekonomi mendera pada tahun 1997 sampai sekarang, negara kita belum mampu keluar dan mengatasi permasalahan ini.
Bahkan, belakangan ini, negara kita ditimpa oleh musibah yang berkepanjangan. Bahkan musibah yang terjadi menimpa darat, laut dan udara. Lengkaplah sudah penderitaan negeri ini. Belum lagi masalah alam yang belum beres, masalah baru kembali mencuat yaitu adanya masalah flu burung, demam berdarah dan musibah yang lainnya yang melanda negeri ini.
Masyarakat yang miskin, semakin terjepit dengan harga-harga barang pokok kehidupan seperti beras naik. Sehingga banyak masyarakat yang hanya mengandalkan pemberian orang ataupun makan seadanya walau hanya memakan nasi basi dan nasi kering.
Kelaparan melanda, kemiskinan bertambah, tapi seolah-olah itu tidak menjadikan kita untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah. Kita malah semakin jauh dari-Nya dan hanya mementingkan diri kita sendiri.
Allah telah menjanjikan kepada kita apabila masyarakat dalam suatu negeri beriman dan bertakwa, maka Allah akan melimpahkan keberkahan dari langit dan bumi. Sebagaimana firman-Nya, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-a’raf [7]: 96)
Bila kita mau menghayati dan mengamalkan firman Allah ini, maka kita tidak akan berada dalam keadaan seperti ini. Karena bila kita beriman dan bertakwa kepada-Nya, niscaya kita akan berada dalam kehidupan yang lebih baik.Seorang ayah menyayangi anaknya, seorang karyawan menghormati atasannya, masyarakat mencintai pemimpinnya, dan yang lain sebagainya. Itulah yang diajarkan Allah melalui Rasul-Nya untuk saling mencintai dan menyayangi dalam kehidupan.
Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, memberikan solusi akan hal itu. Islam yang diperkenalkan kepada umat manusia selama 23 tahun, sebenarnya telah memberikan gambaran yang sangat jelas dalam mengatur kehidupan manusia melalui al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW.Kita tahu, pada permulaan hijrah, Rasulullah SAW, telah mempersaudarakan kaum muhajirin dan kaum anshar, antara penduduk Mekah dan Madinah, yang mungkin pada zaman jahiliyah dulu mereka berperang untuk mempertahankan kekuasaannya. Tapi setelah datangnya Islam, mereka seperti saudara sekandung yang tidak akan pernah terpisahkan lagi. Dan keberkahan didapati dalam kehidupan mereka, karena satu tujuan, yaitu menjadikan Allah dan Rasul-Nya sebagai tuntunan hidup melalui al-Quran dan Sunnah.
Pada zaman sekarang ataupun yang akan datang, kita tidak akan pernah mendapatkan kembali suatu generasi seperti generasi pertama Islam. Karena generasi pertama Islam benar-benar rela mengorbankan harta dan jiwa mereka untuk Islam. Selain itu, keimanan dan ketakwaan mereka kepada Allah benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan mereka, sehingga Allah menaungi mereka dengan keberkahan didalam kehidupan.
Tetapi yang terjadi sekarang, banyak masyarakat kita yang mendustakan akan kebenaran yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya. Pikiran kita telah banyak terkontraminasi oleh pemikiran-pemikiran dari selain al-Quran dan Sunnah juga oleh logika pemikiran sendiri, sehingga kita banyak mengartikan ayat-ayat dalam al-Quran sesuai dengan logika sendiri tanpa dibarengi oleh ilmu yang lainnya.
Maka, janganlah kita menyalahkan alam dan yang lainnya apabila terjadi bencana dan kerusakan dimana-mana, tetapi salahkan diri kita sendiri. Setiap bencana yang menimpa dan musibah yang melanda adalah akibat tangan kita sendiri.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali.” (QS. AR-Ruum [30]: 41).